Welcome To My Core

20 April 2010

How To Train Your Dragon ( part 1 )

Oleh Made Teddy Artiana,

Ada sebuah film animasi tiga dimensi (3D) yang sangat menghibur, namun sarat akan pelajaran moral yang luar biasa, yang sepertinya wajib kita tonton. Sebuah film yang kini kabarnya tengah menduduki puncak tertinggi urutan box office, dengan penghasilan tertinggi USA. Film itu adalah "How To Train Your Dragon". Saking uniknya, saya berencana menonton film ini untuk kedua kali lagi.

Film yang mengambil setting kehidupan bangsa Viking di jaman dahulu. Diceritakan pada waktu itu musuh bebuyutan orang Viking adalah Dragon/naga. Tetapi Naga orang Viking berbeda dengan persepsi Naga di kepala orang Asia, agak berbeda. Yang satu binatang melata berwujud ular raksasa, namun berkaki, yang lain punya sayap dan bisa terbang. Yang satu menelan mangsa, yang lain menyemburkan api. Tetapi keduanya punya wajah dan sisik mirip.

Saking musuh bebuyutannya kedua golongan ini, hingga dari jaman ke jaman mereka saling bunuh. Bahkan anak-anak orang Viking telah dilatih secara khusus untuk membunuh para naga. Pelatihan ini demikian serius hingga ditahapan puncak, mereka laksana gladiator romawi, diharuskan membunuh naga dalam sebuah gelanggang pertempuran yang ditonton seluruh suku bangsa mereka.

Ada beberapa jenis naga. Dari yang berkepala dua, kecil mungil berwarna-warni, bertubuh panjang merah, pendek gempal, hingga Night Furry, naga siluman yang tidak pernah tampak wujudnya (karena tak seorangpun pernah melihatnya) namun sangat ditakuti, karena “tembakan maut” api dari mulutnya laksana peluru kendali yang memiliki ketepatan yang luarbiasa.

Oleh suku bangsa Viking hampir semua naga memperoleh predikat : berbahaya dan bunuh ditempat, hanya Nigth Furry yang berpredikat berbeda : jika ia muncul, bersembunyilah dan berharaplah agar tidak diketahui alias tidak mungkin untuk dikalahkan dan sia-sia untuk dilawan.

Tersebutlah seorang remaja Viking bernama Hiccup. Jika bayangan kita terhadap orang Viking adalah kekar, seram, kuat, berbulu dan berambut panjang. Hiccup persis kebalikannya. Licin, klimis, letoi, berambut pendek lurus dan kurus ceking. Ia adalah kijang yang tersasar digerombolan singa Afrika. Ikan mujair diantara kumpulan para piranha.

Jika orang Viking selalu mengandalkan kekuatan mereka, Hiccup yang kebetulan tidak memilikinya, lebih mengandalkan sesuatu didalam kepalanya. Namun demikian karena standar yang mendominasi semua orang sebangsanya adalah "kekuatan" dan "kebengisan" dan bukannya "otak" dan "hati", maka kelebihan Hiccup tetap saja tidak mampu memberikan sumbangsih apapun bagi eksistensi dirinya. Sehingga Hiccup tetap merupakan noda yang cukup memalukan tidak hanya bagi seluruh kaumnya, namun terutama juga untuk sang ayah yang kebetulan kepala suku bangsa Viking yang sangat dihormati. Karena jangankan untuk membunuh naga -yang notabene adalah kebanggaan orang Viking- bertindak-tanduk sebagai seorang Viking pun, Hiccup sepertinya tidak akan pernah sanggup. Inilah yang membuat perasaan inferior tampak membayangi kehidupan Hiccup.

PadaDalam sebuah penyerangan segerombolan naga kepemukiman bangsa Viking, seperti yang lain, Hiccup bermaksud ikut berperang mengusir naga-naga itu. Tetapi ia terlalu lemah dan terlalu sial untuk berhasil. Namun tanpa sepengetahuan siapapun, Hiccup telah menciptakan sebuah alat untuk menyerang para naga. Dan alat itu ia gunakan, persis ketika naga "siluman" yang paling ditakuti -Nigth Furry- datang menyerang. Sebenarnya ia berhasil menembakkan alat itu kepada Nigth Furry, tetapi karena memang selalu bernasib sial, Hiccup kembali menimbulkan kekacauan dan kerugian besar dalam perang tersebut. Alhasil, ia kembali jadi bulan-bulanan kemarahan ayah dan bangsanya, walaupun ia berusaha mengatakan pada mereka bahwa senjatanya berhasil mengenai Nigth Furry, dan naga yang paling ditakuti sekaligus tak pernah terlihat wujudnya itu terjatuh disebuah bukit tak jauh dari pemukiman.

Pengakuan yang sangat terlalu mustahil, terlebih bagi seorang Hiccup.

Hingga akhirnya Hiccup berusaha membuktikan penglihatannya sendiri. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui senjatanya itu tidak hanya berhasil mengenai naga siluman itu, tetapi juga melukainya hingga naga yang paling ditakuti itu terluka dan tidak berdaya. Namun demikian Hiccup memutuskan tidak membunuh hewan yang sudah tidak berdaya itu. Ia terlalu berperasaan untuk melakukannya.

Lewat proses pemahaman yang demikian unik, terjalinlah persahabatan antara Hiccup dan Nigth Furry, yang kemudian ia namai dengan Toothless. Tidak hanya itu, Hiccup berhasil memahami perilaku naga itu, dan menjadikan Nigth Furry hewan tunggangannya. Sesuatu yang luar biasa dan tidak akan pernah terpikirkan oleh seorang Viking, yang segera akan lari tunggang langgang jika mendengar teriakan Nigth Furry yang mendirikan bulu roma.

Namun justru disinilah konflik itu mulai terjadi, ketika akhirnya persahabatan yang diharamkan ini diketahui oleh ayah dan bangsanya, sehingga mereka sangat murka terhadap Hiccup. Seperti biasa penjelasan Hiccup tentang naga-naga yang sebenarnya sama seperti perilaku bangsa Viking, dan manusia umumnya, yang membunuh jika terdesak dan merasa terancam, tidak pernah mendapat kesempatan untuk masuk kepikiran mereka. Mindset lama tentang "dibunuh atau terbunuh", terlalu menguasai pikiran mereka, sehingga pencerahan yang dibawa Hiccup dianggap sebuah dosa dan kesalahan fatal.

Singkat cerita, pemahaman baru ini justru menjadi sebuah senjata yang luar biasa bagi Hiccup yang akhirnya membawa ia menjadi seorang pahlawan yang sangat dikagumi oleh bangsanya, dengan bekerja sama dengan Nigth Furry untuk membunuh seekor naga raksasa yang jahat, yang menjadi gembong yang memaksa naga-naga lain yang jauh lebih kecil untuk mencuri, merampok hewan bangsa Viking.

Akhirnya para naga dan bangsa Viking tinggal berdiam dengan penuh harmoni di pemukiman yang sama.

To Be Continued

No comments: