Welcome To My Core

12 January 2010

Hidup

Seseorang pernah berkata padaku,

"Hidup itu seperti pusaran tanpa batas dan arah.
Saat kita tak memiliki, kita ingin memiliki.
Saat sudah memiliki, kita ingin yang lebih.
Saat sudah berlebih, kita tidak merasa bahagia.
Saat kebahagiaan sudah di tangan, kita merasa bosan.
Saat berusaha mengakhiri kebosanan, kita akan kembali ke titik pertama.
Merasa tidak memiliki (apa yg dibutuhkan untuk mengakhiri kebosanan tersebut).
Dan putaran pun berulang.

Itu sebabnya hanya mereka yang mengejar kebijaksanaan dan kebajikan bagi orang lain, yang selalu berakhir dengan hal - hal baik di sekelilingnya.
Karena putarannya berulang pada segala hal baik menjadikan segalanya lebih baik lagi."

Tapi kupikir masalahnya bukan tentang semua itu. Bukan tentang kebijaksanaan, pun bukan tentang kebajikan bagi siapa. Melainkan tentang panggilan hati.
Setiap manusia berusaha merumuskan apa itu bahagia bagi mereka.
Apa itu hidup, apa arti hidup mereka, dan apa itu hidup yang bahagia bagi mereka.
Tidak ada yang sama persis, dan tidak ada yang benar ataupun salah.
Lagi - lagi hanya tentang panggilan hati.

Pada akhirnya hidup seorang manusia bukan diukur dengan standar buatan orang lain.
Pada akhirnya sebuah nyawa memang hanyalah sebuah berkah.

***

Sekedar berpikir..
sekedar berpikir...


Tapi...
ada kalanya aku berpikir yang sama dengan yg kamu pikirkan, tapi di kala lain kupikir sebuah berkah memanglah berkah. Diberikan apa adanya, untuk dijalani apa adanya dengan ikhlas.

Andai semua orang terlahir sebagai orang yang kaya atau miskin, atau semua orang punya pekerjaan yang sama, atau semua orang memiliki pandangan hidup yang sama rasanya dunia ini akan hancur pada titik itu. Coba saja bayangkan kalau semua orang berpandangan untuk belajar akan kesusahan dan belajar untuk sederhana? Tidak ada yang punya ambisi untuk melebihi orang lain dan tidak ada yang punya ambisi di luar logika manusia? Apakah listrik, pesawat terbang, atau roket bisa tercipta?

Faktanya kemajuan dan perubahan dilakukan oleh orang - orang yang mampu berpikir, bertindak, dan bersikap ekstrim serta penuh ambisi. Dan orang - orang yang hanya berpuas hati dengan kemampuan dan kesederhanaannya hanya mengikuti tanpa merubah apapun. Namun, perusahaan tanpa pegawai, bisakah berjalan? Pemimpin tanpa pengikut, mampukah bertahan?

Saya ingat seorang teman pernah berkata, "orang yang kenyang tidak akan pernah mengerti kenapa orang lain begitu berusaha untuk bisa sekedar mencuri ayam untuk makan" atau sederhananya, orang yg memikirkan perut saja tidak bisa, bagaimana mau berpikir tentang idealis. Saya pikir itu benar. Tapi lama kelamaan saya pikir, itu jadi benar kalau kita pikir dan kita yakini benar.

Saya jadi yakin kalau itu tidak benar. Meski ada banyak orang yang terus - menerus merasa kekurangan dan tidak puas hati, dan ada orang yang selalu mempertanyakan nasib, tapi ada juga yg bisa berbahagia di dalam apa yang kita lihat sebagai kekurangan. Bukan berarti saya katakan bahwa berbahagia dalam kekurangan adalah lebih baik dari berusaha maju dengan penuh ambisi. Melainkan, perbedaan yang ada adalah memang seharusnya ada, dan cara pandang manusia akan sebuah hidup yang berbeda, memanglah sebuah berkahnya masing - masing.

***

Mungkin terdengar tidak adil, kalau saya bilang, mereka yang miskin berbahagialah dengan kemiskinannya, mereka yang kaya berbahagialah dengan kekayaannya, mereka yang pandai dan bodoh, berbahagialah dengan apapun itu yg dimiliki. Tapi percayalah, adil dan tidak adil hanya Yang Kuasa yang tahu.

Kita dilahirkan di tempat, keluarga, kondisi dan apapun yg tidak bisa kita atur. Di luar kuasa kita, dan pastinya bukan tanpa tujuan apa - apa. Sementara kita selalu memandang kehidupan orang lain lebih enak, nyatanya kehidupan mereka sesungguhnya bukan tanpa masalah. Setiap tingkatan punya masalahnya masing - masing. Setiap cerita kehidupan punya bab nya masing - masing. Tidak ada orang yg tidak punya masalah, dan tidak ada orang yang tidak pernah merasa tidak bahagia.

Maka kupikir, mungkin masalah sebenarnya bukanlah tentang belajar untuk berbahagia dengan kecukupan kita, ataupun belajar dengan kesusahan, ataupun belajar bertahan hidup. Melainkan sekedar belajar bertanya, mungkinkah hidup dan bagianku memang di sini? Di tempat ini? Di tingkatan ini?

Bukan berarti berusaha menjadi lebih baik adalah buruk dan tidak perlu, melainkan berusaha menjadi lebih baik akan jauh lebih bermanfaat dan berdaya guna apabila kita membandingkannya dengan diri sendiri di hari kemarin dan bukan dengan cerita hidup orang lain.

***

Nyawa hanyalah berkah.
Dan hidup mungkin terkesan tidak adil.
Tapi percayalah, adil dan tidak adil, bukan kita yang tahu dan menentukannya.


*****

Itu sekedar pemikiran saya sampai saat ini. Mungkin nantinya akan berubah lagi. :)
Thats All...

4 comments:

qen said...

ambil darimana sek ini?

ms yonan banget lagi ni...
baca n renungkan ms...

heheh

YonanSaga said...

lah kan namane pengalaman hidup ku~
ya emang akuw banget kan??

ehehehw...

Liea Luph said...

wehhhh, manthap mz....
tak ku sangka dan tak ku duga...

njiplak dmne, mz???
hohohohoho...

itu lah hidup..

YonanSaga said...

we lah...

iki melok2...


pengalaman hidup ku itu...

wakakaka...